• Memeriksa...
  • Buka-bukaan Soal Edukasi Seks

        Buka-bukaan Soal Edukasi Seks

        Edukasi seks ditabukan karena dianggap mendorong remaja untuk melakukan seks bebas. Padahal pada kenyataannya edukasi seks malah bikin takut dengan segala risiko dan konsekuensinya itu. Dorongan seksual sudah dapat dikategorikan sebagai sebuah kebutuhan bagi individu yang telah matang jasmani dan rohani. Dalam konteks ini, sangat penting bagi setiap individu untuk memiliki pengetahuan terkait hal tersebut. Meski begitu, nyatanya pendidikan seks seringkali masih dianggap tabu untuk dibahas secara terbuka, khususnya jika dibicarakan di depan anak-anak. Di Indonesia sendiri, masih ada anggapan bahwa pendidikan seks hanya membahas seputar hubungan seks dan pornografi, sehingga kebanyakan orang tua akan cenderung menghindari pembicaraan ini. Padahal sebenarnya pendidikan seks sebaiknya dimulai sejak dini. Bukan tanpa alasan, dalam beberapa bulan terakhir, pelecehan dan kekerasan seksual tengah menjadi topik hangat di Indonesia. Fenomena mengerikan ini bahkan terjadi di sektor pendidikan, seperti pesantren dan perguruan tinggi. Tak dapat dipungkiri, anak-anak beresiko menjadi korban kekerasan seksual lebih besar jika tidak dibekali edukasi yang cukup.

        Mengapa pendidikan seks masih dianggap tabu? Sejumlah orang masih merasa aneh untuk memberikan pelajaran seksual kepada putra putrinya sejak dini, bahkan ada pula orang tua yang sama sekali tak ingin menyinggung hal tersebut kepada anak-anaknya. Mereka enggan dan menutup diri terhadap pendidikan seks, karena merasa hal tersebut sama saja mengajari anak untuk berhubungan seks. Akibatnya sejumlah anak akan mencari tahu informasi tentang seks dari teman ataupun internet. Hal ini bisa berbahaya karena informasi yang didapat bisa jadi tidak disaring, sehingga anak-anak akan tersesat dan menjadikan laman konten dewasa yang mengandung unsur pornografi sebagai sumber pengetahuan mereka. Terlebih lagi saat ini berbagai informasi dapat dengan mudah diakses di Internet, sangat mungkin bagi sebagian besar anak-anak dan remaja untuk menggunakannya sebagai media untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka tentang seks. Oleh karena itu, pendidikan seks sejak dini bertujuannya agar anak tidak mendapatkan informasi yang keliru mengenai seks. Pendidikan seks juga bisa membuat mereka agar lebih berhati-hati dalam pergaulan, bahkan terhindar dari kekerasan atau pelecehan seksual.

        Bagaimana pendidikan seks yang tepat bagi anak? Pendidikan seks bahkan bisa dimulai sejak anak berusia 0-3 tahun. Orang tua bisa memulainya dengan mengenalkan nama-nama anggota tubuh, mulai dari kepala, tangan, kaki, hingga kelamin. Tak perlu menyensornya seperti mengganti kata penis menjadi burung atau sebagainya, cukup memberitahu nama anggota tubuh yang sebenarnya, karena hal tersebut bisa membuat anak menjadi bingung. Tak hanya mengenalkan, orang tua juga bisa memberitahu anggota tubuh mana yang tidak boleh diperlihatkan dan disentuh orang lain. Selain itu orang tua pun bisa mengajari anak untuk berperilaku sopan dan baik. Hal ini bisa dimulai dengan hal-hal kecil seperti mengajari anak untuk menggunakan handuk setelah keluar kamar mandi, dan lain sebagainya. Saat anak berusia 13 tahun ke atas, mereka akan mulai memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis. Pada usia ini anak telah mengalami masa pubertas dan dorongan seksual yang tinggi sehingga kerap kali telah berusaha ataupun benar-benar melakukan hubungan seksual. Dalam konteks ketertarikan dan hubungan asmara, sudah seharusnya orang tua lebih terbuka untuk membicarakan bagaimana cara berinteraksi dengan lawan jenis. Mulai dari cara mengajak bicara lawan jenis, bagaimana cara merespon saat ada teman yang mengatakan perasaannya, bagaimana batasan dalam berkencan, hingga bahasan tentang hubungan seksual. Tekankan juga soal “

        consent” atau izin dan persetujuan. Setiap anak harus paham atas haknya terhadap tubuh mereka, karena setiap orang berhak untuk menolak ajakan untuk berhubungan. Tanamkan juga tentang konsekuensi yang dapat terjadi bila anak setuju untuk melakukan hubungan di usia remaja. Tak perlu menakut-nakuti, cukup dengan memberitahukan soal risiko seperti kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular seksual, maupun beban tanggung jawab yang perlu dipikul, serta bagaimana cara menghindari risiko-risiko yang tidak diinginkan tersebut. Kalau dipikir-pikir, pendidikan seks itu bukan “menjerumuskan” remaja ke seks bebas tapi justru akan menghindarinya karena lebih banyak risikonya. Indonesia harus terus meningkatkan pendidikan seksnya sehingga tidak akan ada lagi yang menganggap bahwa pendidikan seks adalah hal yang tabu. Karena semakin sesuatu ditabukan apalagi dalam hal seks, maka bisa mendorong terbentuknya sikap yang makin negatif terhadap seks. Jangan sampai anak terlanjur mendapatkan informasi yang kurang tepat seputar seks dari sumber yang tidak dapat dipercaya, sehingga mereka bisa mengetahui bagaimana perilaku seksual yang sehat serta mencegah terjadinya pelecehan seksual.

        • Suka
        • Bagikan
          • Lapor
        • Memuat artikel lainnya...