• Memeriksa...
  • Gagasan Harajuku Style yang Diinisiasi Para Pemuda yang Haus Berekspresi

        Gagasan Harajuku Style yang Diinisiasi Para Pemuda yang Haus Berekspresi

        Diakui atau enggak, semangat Harajuku Style juga menjadi pemantik geliat Citayam Fashion Week yang terus merajalela sampai sekarang. Bagi para pemerhati budaya pop, Harajuku bukan lagi dikenal sebatas nama sebuah kawasan stasiun di distrik Shibuya Tokyo Jepang, melainkan udah jadi representasi salah satu subkultur paling unik dan mengagumkan yang sampai saat ini masih dirayakan oleh banyak orang di di seluruh dunia, Harajuku Style. Sebuah tren berbusana yang diperkirakan lahir sekitar awal ’80-an ini mulai menjadi tren yang mendunia jelang abad ke-20. Walau secara komersil mulai meredup, tapi Harajuku masih dijadikan kiblat rujukan pecinta fesyen dan bahkan menawarkan sebentuk area wisata unik di mana kamu dapat berbelanja segala macam produk busana alternatif. Sebagian orang mengaitkan Harajuku sebagai gerakan protes anak-anak muda kala itu yang enggan terkungkung dalam lingkaran norma berbusana yang mengekang. Tapi dalam pengertian yang lebih ramah, para pelaku Harajuku sebetulnya cuma pengen sekadar mengekspresikan diri lewat padu padan busana yang unik dan eksperimental. Apa pun itu, muda-mudi ini sudah memberi andil besar membentuk gaya busana yang ikut mengapungkan nama Jepang di mata dunia.

        Dari mana remaja Harajuku mencomot inspirasi? Semenjak Perang Dunia II berakhir, Jepang sudah ramai kedatangan warga asing yang bekerja dan menetap di sana. Kebanyakan dari mereka merupakan tentara dan warga negara Amerika Serikat. Penerimaan Jepang terhadap warga asing juga cukup terbuka yang ditandai dengan digelarnya perhelatan Olimpiade pertama di Asia tahun 1964 yang digelar di Tokyo. Kedatangan warga internasional ini tentunya ikut membawa kebiasaan dan budaya asal negeri mereka yang memicu rasa penasaran warga lokal. Selain kuliner dan otomotif, fesyen menjadi salah satu aspek yang paling diminati. Pada sekitar periode yang sama, Jepang mulai memantapkan diri sebagai negara maju di Asia dengan gencar membangun fasilitas publik seperti kafe dan restoran. Tidak ketinggalan butik dan toserba yang menjual serba-serbi pakaian serta aksesoris yang mendapat pengaruh signifikan dari budaya asing. Alhasil, Harajuku menjadi tempat nongkrong populer anak-anak gaul pada saat itu. Di tempat ini, mereka leluasa membeli jaket, jas, celana, gaun dan sederet jenis pakaian lainnya. Entah karena punya selera fesyen yang majemuk atau kreativitas yang liar, para remaja mulai bereksperimen dengan menggabungkan banyak elemen busana menarik sebagai ciri khasnya. Kalau lihat langsung, kamu pasti bisa tahu dan bisa ngebedain ciri khas Harajuku Style. Tapi sebenernya Harajuku Style enggak punya ciri spesifik yang pakem. Justru, Harajuku Style melahirkan banyak gaya baru dan populer yang oleh banyak orang diakui merupakan produk orisinal dari kawasan menakjubkan ini. Contohnya Gyaru, cewek dengan ciri bleaching kulit kecokelatan dan rambut berwarna. Visual Kei yang biasanya merupakan anggota band dengan kostum flamboyan dan sedikit sentuhan gotik. Dan yang masih sangat eksis sampai sekarang, yakni cosplay. Penganut gaya cosplay akan tampil semirip mungkin dengan suatu karakter dari berbagai media hiburan, entah itu video game, anime, atau manga.

        Semangat berbusana yang sama dengan remaja Citayam Fashion Week Mustahil membahas Harajuku Style tanpa menyinggung fenomena serupa yang sampai artikel ini dimuat, masih rutin dibicarakan di Indonesia, Citayam Fashion Week. Sadarkah kamu bahwa pada dasarnya Harajuku Style maupun CFW punya premis kemunculan yang mirip. Dua kawasan lintasnegara ini sama-sama tidak memiliki panduan mengikat terkait bagaimana seseorang harus berpakaian. Nggak perlu harus punya ilmu fesyen mumpuni atau dompet berisi, para remaja ini berbondong-bondong datang ke tempat yang ditentukan dan menampilkan ciri fashion yang sesuai selera masing-masing. Mau pakai gaun putri Disney warna-warni dengan sepatu sneaker? Boleh. Menggabungkan blazer kedodoran dengan celana jeans rombeng juga bisa banget. Gak perlu beradaptasi sama mode tertentu, semua jenis pakaian dan aksesoris bisa kamu gabungkan sendiri. Anak-anak muda yang meramaikan Harajuku Style dan Citayam Fashion Week secara enggak langsung mau mengajak siapun bebas berekspresi dan memberanikan diri untuk menggebrak standar normatif tanpa perlu khawatir akan penilaian negatif dari orang lain.

        • Suka
        • Bagikan
          • Lapor
        • Memuat artikel lainnya...