• Memeriksa...
  • Spill Culture: Buy or Bye?

        Spill Culture: Buy or Bye?

        Why do we love it when someone spills the tea? “Jadi guys, gue mau nge-

        spill cowok yang kemaren nggak mau split bill sama gue.” “Guys, ini gue kemaren baru aja ketemu orang terus nggak banget!

        Spill jangan?” Buat kamu yang sering main Twitter, pasti sering banget ketemu kalimat macam gini. Kalau menurut

        Online Slang Dictionary, spill itu tuh artinya to talk; utter; confess. Kalo di Twitter biasanya spilling ini dipake buat mengungkap sesuatu entah itu kasus yang serius sampai barang-barang lucu dan tempat yang Instagramable. Sebenernya apa sih fungsinya

        spill ini dan kenapa bisa jadi banyak banget yang pakai kata-kata dan metode spill ini? Pada beberapa kasus seperti kasus Gilang Bungkus dan kasus split bill sama cowok GIOI, atau kasus pelecehan seksual Gofar Hilman yang sempat ramai beberapa waktu yang lalu, pola spill ini membantu korban-korbannya untuk mendapatkan respon, atensi, atau bahkan keadilan dari kasus yang dialaminya. Kenapa sih kita suka banget

        spilling the tea? Kenapa kita bereaksi terhadap tweet atau kalimat semacam itu? Banyak yang mengatakan bahwa spilling the tea membantu mereka untuk mendapatkan atensi yang dibutuhkan supaya orang lain aware terhadap kasus yang dialami, atau sekadar ingin membagikan pengalaman kepada orang lain. Bahkan beberapa juga berpendapat bahwa jika kasusnya tidak viral, atau barangnya tidak viral, tidak akan ada orang yang menanggapi atau membeli.

        The truth is, exposing someone else’s personal matters atau bahkan pengalaman sendiri yang menyangkut kepada persoalan pribadi orang lain adalah sebuah bentuk ‘penyakit’ yang mau nggak mau orang lain harus terima sebagai norma atau value yang baru. Orang bebas mengeluarkan pendapat, opini, saran, atau bahkan judgement atas sesuatu yang belum pasti kebenarannya. Akhir-akhir ini, banyak orang yang terbiasa untuk spilling the tea to spice up usual affairs, meskipun akhirnya nanti akan jadi masalah atau ada konflik lain yang bisa muncul karena spall spill tersebut. Jaman sekarang, banyak orang yang sudah terlalu terbiasa untuk memulai konflik, daripada langsung memberitahukan orang yang bersangkutan. Banyak yang menghabiskan waktu buat nyari tau siapa yang bilang apa, daripada mempertanyakan kepada diri sendiri apakah yang mereka dengar benar atau tidak.

        Next time we heard another tea being spilled, maybe we can bring a tissue and wipe it biar nggak melebar kemana-mana? :p

        • Suka
        • Bagikan
          • Lapor
        • Memuat artikel lainnya...