• Memeriksa...
  • Kukuh Zuttion, Membawa Brand Fashion The Story Of ke Australia

        Kukuh Zuttion, Membawa Brand Fashion The Story Of ke Australia

        Tren fesyen akan selalu baru dan berubah. Kukuh Zuttion menerapkan kunci sukses ‘konsisten’ dalam mengembangkan brand yang ia bangun sejak tahun 2010. The Story Of kini dikenal pencinta fesyen dalam negeri maupun luar negeri sebagai brand fesyen yang otentik dan modern.

        Bisa diceritakan bagaimana latar belakang kamu sebelum terjun ke dunia fesyen? Pada awalnya, saya menjalankan bidang fesyen bersama teman-teman hanya untuk kesenangan tersendiri. Dahulu, biasanya saya mulai dari usia saat lulus SMA menuju kuliah. Di masa itulah saya dan teman-teman mulai merasakan kesenangan ketika membuat baju, memulai butik kecil, dan dijual ke orang-orang terdekat, hingga akhirnya saya bekerja dengan sahabat saya, Almarhum Barli Asmara. Awalnya saya pergi ke Bali hanya untuk liburan, tetapi saya malah mendapatkan tawaran pekerjaan dengan salah satu label fesyen dari Australia. Mulai dari sana saya bekerja dengan salah satu perusahaan di Australia hingga 5 tahun lamanya. Akhirnya, saya memutuskan untuk membuat label fesyen sendiri, yaitu The Story Of pada bulan Oktober 2010 dengan first launching yang dilangsungkan di Sydney, Australia. Sejak saat itu, label fesyen saya semakin berkembang dan lebih banyak menjual di Australia dibandingkan di Indonesia karena memang sejak awal, di sanalah peruntungan yang bisa saya dapatkan. Seiring berjalannya waktu, saya berusaha untuk konsisten dalam bidang ini karena memang dari dulu sudah menjadi bisnis dan pekerjaan sehari-hari, jadi hingga detik ini usaha yang saya lakukan masih dapat terus berjalan. Hingga saat ini, kami masih terus menjalankan apa yang telah saya jalankan saat usia 20 tahun.

        Apa konsep dan ciri khas dari The Story Of? Konsep mungkin bisa saja berubah seiring berjalannya tren fesyen. Namun, setiap season akan dibuat berbeda-beda. Tetapi, yang selalu sama sejak dulu hingga sekarang adalah The Story Of menonjolkan konsep

        feminine and dynamic, serta lebih chic dan modern.

        Lebih mementingkan tren terbaru atau tetap pada konsep awal? Bagi saya pribadi, tren itu tidak ada hubungannya dengan benang merah dari kami. Kami boleh mengikuti tren yang ada di pasaran, tetapi jangan lupa benang merah dari brand. Misalnya, The Story Of mengikuti tren fesyen, tetapi saya juga tidak mau melupakan benang merah yang menjadi dasar dari brand ini. Seumpamanya di tahun ini, warna merah menjadi tren fesyen, saya tidak masalah. Warna merah apabila cocok dengan desain yang ingin dikeluarkan ya tidak apa-apa. Saya juga bisa menaikkan tren desain seperti ruffle. Maka, ruffle akan dibuat sesuai dengan label kami. Konsep tren dan jati diri bisa berjalan lebih modern dan terbuka. Saya tidak menutup diri, ingin mengikuti, tetapi tergantung, apakah sesuai dengan desain yang ingin kami buat juga atau tidak. Kami harus fleksibel, menurutku, fesyen harus lebih fun, tidak perlu takut untuk tidak mengikuti tren atau mengikuti tren.

        Relax, have fun, and make it looks nice and beautiful, it doesn’t matter.

        Dari mana kamu bisa mendapatkan inspirasi? Inspirasi bisa datang dari mana saja. Saya duduk saja bisa mengingat momen anak bermain di pantai, melihat warna batu atau koral dan warna pasir. Saya tidak mematokkan inspirasi berasal dari mana. Tepatnya, inspirasi saya datang dari warna karena ketika melihat warna, kreativitas saya menjadi terpancing.

        Apakah ada tim kreatif yang membantu kamu? Pada dasarnya saya tidak memiliki asisten. Saya pribadi juga tidak memiliki special team design. Jadi, semuanya, mulai dari diskusi hingga eksekusi dari saya pribadi bersama tukang pola dan tukang jahit, mungkin hanya sekitar 5 orang. Saya rasa, mungkin saya belum membutuhkan tim besar dan bagi saya ini menyenangkan,

        it’s my happy place, jadi saya belum bisa sharing dengan orang lain.

        Di awal, kamu mengatakan The Story Of lebih berkembang di Australia, lalu bagaimana di Indonesia? Bagaimana pembagian marketingnya antara Indonesia dengan Australia? Hingga saat ini, kami masih berjalan secara bersamaan di Australia dan Indonesia. Di Australia sekarang lebih banyak wholesale sementara di Indonesia kami melalui online saja karena kami belum ada shop sendiri, semoga tahun depan ada satu toko. Sekarang di Australia kami menerapkan marketing

        through out wholesale business karena dari awal bisnis sudah menerapkan wholesale untuk stok di beberapa toko di seluruh Australia. Kami sudah tidak bekerja sama dengan distribution company, jadi hanya melalui Instagram saja dan headquarter kami ada di Indonesia.

        Adakah tantangan yang dirasakan sejak awal pandemi Covid-19 hingga sekarang ini? Tantangan tentunya ada karena ketika Covid baru saja masuk 2 tahun lalu, kami pasti mengalami

        struggle, seperti misalnya factory yang kami punya tidak bisa bekerja di waktu yang semestinya dan secara normal. Kami juga menerapkan half day, toko harus ditutup karena instruksi dari pemerintah. Salah satu yang membuat kami terpukul juga kami kehilangan pelanggan yang datang ke toko. Kemudian, strategi bisnis juga harus berubah agar bisa tetap menjalankan toko dan pabrik. Tantangan yang dihadapi lumayan terasa, hingga hari ini kami pun masih

        survive, toko saya buka by appointment, jadi tidak buka setiap hari. Untuk Head Office kami tidak buka setiap hari, sementara untuk pabrik masih terus berjalan dan kami merekrut orang lagi untuk bekerja. We survive so far, kami bisa bertahan dan bisa berkembang.

        Apa goals dari The Story Of untuk ke depannya? Sudah pasti terus lebih maju, dapat terus berkreasi yang lebih baik lagi. Diharapkan kami bisa lebih fokus kepada apa yang telah dikerjakan. Saya juga sedang berfokus untuk membuka toko baru di Bali. Tahun depan, kami ingin menambah

        stockist di Eropa. Slowly but sure, have fun dengan pekerjaan, lebih bahagia, dan lebih berkreasi.

        Sebagai woman entrepreneur, adakah tantangan tersendiri atau mungkin pesan-pesan untuk bibit-bibit perempuan muda yang akan terjun ke dunia fesyen? Menurut saya tantangannya hanya satu, yaitu harus konsisten. Memulai segala sesuatu itu harus konsisten, jangan cepat menyerah, dan harus happy, senang dengan apa yang kita kerjakan. Hingga kini yang saya jalankan tidaklah instan, saya menjalaninya dari usia 20 tahun dari nol kemudian membesar hingga semakin besar lagi ke depannya. Ingat bahwa segala sesuatu yang instan itu tidak akan

        longlast, kalau kamu mulai dari nol, I’m sure kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau.

        • Suka
        • Bagikan
          • Lapor
        • Memuat artikel lainnya...