• Memeriksa...
  • Mengulik Isu Tentang Perempuan dalam Pementasan Teater Monolog Drupadi

        Mengulik Isu Tentang Perempuan dalam Pementasan Teater Monolog Drupadi

        Menghadirkan drama klasik tentang perempuan yang masih relate di jaman sekarang.

        Pementasan Teater Monolog Drupadi yang bertajuk ‘Apa Aku Perempuan’, berhasil digelar paa Sabtu, 3 Juni kemarin. Bertempat di Gedung Kesenian Jakarta, teater monolog ini mengambil tema tentang perempuan di jaman mahabarata yakni Drupadi.

        Meskipun penggambaran latar diambil dari kisah yang sudah terjadi ratusan tahun lalu, tapi nyatanya makna yang tersirat dari isi teater monolog ini masih relatable dengan kisah saat ini.

        Ketika InEnOut berkesempatan untuk menyaksikannya secara langsung, di sini isu perempuan yang tertindas, isu perempuan yang mendapatkan toksin maskulinitas dari pasangannya, tergambar jelas pada adegan monolog yang berdurasi sekitar 1.5 jam ini.

        Bahkan menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan jika 641 juta perempuan pernah mengaku mendapatkan kekerasan seksual dari pasangannya.

        Dengan data dan isu-isu yang sedang berkembang mengenai perempuan ini, membuat Puta Fajar Arcana selaku sutradara dan penulis naskah dari Drupadi, ingin menerjemahkannya dalam bentuk pementasan panggung.

        “Drupadi adalah representasi dari kehancuran moralitas manusia terendah yang pernah menjadi isu dalam dunia sastra kita. Sebagai perempuan tubuhnya dieksploitasi oleh dua kekuatan dominan di dunia, yakni maskulinitas dan kekuasaan”, ungkapnya dalam jumpa pers.

        Penggambaran isu tersebut, dipresentasikan ke dalam bentuk monolog, koreografi, nyanyian, musik, tata cahaya dan teknologi visual yang akan menimbulkan decak kagum bagi penontonnya.

        Adanya teknologi visual dan perpaduan koreografer serta musik gamelan modern ini, membuat teater monolog tersebut lebih mendekatkan panggung pertunjukan dengan kenyataan hidup yang ada di era modern saat ini.

        Banyak orang-orang hebat yang terlibat dalam pementasan teater monolog Drupadi ini. Diantaranya adalah Inaya Wahid, putri bungsu dari Presiden Abdurrahman Wahid.

        Bertindak sebagai co-produser, Inaya mengungkapkan jika kesenian yakni teater memang cukup ideal untuk dijadikan arena untuk penyadaran bersama.

        “Jadi, seni itu kan langsung ke hati dan panggung adalah refleksi dari wajah kita masing-masing. Dari situ, kita berharap muncul sebuah perenungan bersama terhadap nilai-nilai yang kurang baik. Harapannya bisa mengoreksi perilaku kita masing-masing, bersama-sama,” ujar Inaya.

        Jika mengulik drama-drama dalam kisah klasik sebenarnya masih sangat bisa relevan untuk dihadirkan pada ruang publik komtemporer. Salah satunya kisah hidup Drupadi yang masih bisa ditampilkan di kehidupan modern saat ini.

        (Foto: Dokumentasi InEnOut)

        • Suka
        • Bagikan
          • Lapor
        • Memuat artikel lainnya...