• Memeriksa...
  • 8 Hal yang Harus Kamu Ketahui Sebelum Makan di Warung SCI

        8 Hal yang Harus Kamu Ketahui Sebelum Makan di Warung SCI

        Antri untuk makan di sini sampai harus sebulan sebelumnya? Hmm, penasaran dong seenak apa rasanya? Mungkin kamu pernah dengar mengenai Warung SCI, sebuah restoran seafood Thailand di Kelapa Gading, yang untuk makan di sana, kamu harus

        booking sampai sebulan sebelumnya. Mudah bagi kita untuk berpikir bahwa, “paling-paling ini resto yang viral sesaat aja, easy come, easy go!” Namun, yang tidak banyak diketahui orang, Warung SCI berdiri sejak 2013, dan perjuangan mereka hingga ke popularitas saat ini tidak instan. Jika kamu ingin booking untuk makan di sini, berikut ini 8 hal yang harus kamu ketahui sebelumnya:

        1. Berjualan dengan format kaki lima selama 5 tahun Setelah mempelajari masakan Thai langsung di Bangkok selama beberapa tahun, pada 2013, Philip, sang chef, memberanikan diri membuka kedai kaki lima di Jalan Pelepah Raya, Kelapa Gading, wilayah yang dikenal sebagai “pasar burung”-nya Kelapa Gading. Dua tahun pertama diakui Philip cukup sulit, bahkan ia mengalami hari-hari tanpa penjualan sama sekali. Meski demikian, ia tetap

        keukeuh untuk menggunakan live seafood yang ia letakkan di dalam aquarium, semata demi menjaga kualitas. 2. Tempatnya “biasa banget” Jangan bayangkan Warung SCI sebagai “resto kekinian” dengan interior yang instagramable. Faktanya, begitu melihat tempatnya, kamu akan mulai ragu, “beneran ini tempat yang lagi viral?”. Paling tidak itulah kesan pertama kami.

        3. Kekeluargaan, mirip osteria Italia Ada yang bilang mengunjungi Warung SCI mirip seperti, “datang ke

        osteria (restoran casual kecil) milik keluarga di Italia.” Philip bertugas untuk masak, sambil sesekali menyapa pelanggan, sementara ayahnya bertugas mencatat order, dan ibunya menjadi kasir.

        4. Sistem “semi omakase” Jika ditanya apa menu rekomendasi di Warung SCI, kami bingung juga, karena menu mereka berubah setiap hari, berdasarkan bahan apa yang tersedia pada hari itu. Mirip konsep resto “

        omakase”-nya Jepang, hanya saja kamu masih bisa memilih dari menu yang tersedia hari itu, sebut saja semi omakase. Konsep yang masih jarang ada di restoran di Indonesia, namun itu dilakukan demi menjaga kesegaran bahan dan kualitas makanan. Kunjungi saja akun Instagram mereka @warungsci, postingan mereka isinya menu yang tersedia hari itu (bahkan hingga jumlah porsi yang tersedia!). Namun jika tersedia, kami sarankan pesanlah menu “Tom Yum” untuk merasakan rasa Thai otentik, karena mereka menggunakan “

        nam prik pao”, roasted thai chili paste dari Thailand langsung. Jika nam prik pao-nya habis gimana? Philip menolak untuk menjual Tom Yum. Seidealis itu! 5. Thai Fusion atau confusion? Resto berkonsep

        fusion kadang malah membingungkan lidah pelanggan. Oleh sebab itu, Philip memberi batasan jelas mengenai konsep masakan “Thai fusion”-nya menjadi hanya sebatas wilayah Asia Tenggara. Sebagai contoh, menu “Bandeng/Krapu Nyonya”. Nyonya pada dasarnya adalah menu khas Peranakan style, Penang, dengan ciri utama penggunaan kecombrang yang ia pertahankan, namun Warung SCI menggabungkannya dengan bumbu khas Thailand untuk menggantikan peran tomat.

        6. Jangan mengharapkan diskon! Soal penggunaan diskon, Philip

        takes it personally. Ia menganggap memberi diskon itu “menurunkan harga dirinya”. Yah logis sih, ketika untuk makan di restonya saja kamu harus antri hingga harus booking sebulan sebelumnya, buat apa lagi dia kasih diskon?

        7. Tidak suka jika tempatnya ramai Biasa pemilik restoran akan senang jika tempatnya dipadati pengunjung, namun Philip merasa sebaliknya. Menurut Philip, jika terlalu ramai, banyak tamu yang tidak sabar menanti pesanan mereka, sehingga menyulitkan Philip untuk menjaga kualitas. Jadi intinya, kalau kamu berencana makan di Warung SCI, kamu harus sabar, mulai dari

        booking hingga saat dine-in.

        8. Pelanggan bukan raja Entah mengapa istilah usang “pelanggan adalah raja” masih banyak dipercaya orang. Kamu pernah dengar kan, pemilik kedai Jepang tidak ragu untuk mengusir tamu jika mereka merasa tamu tersebut tidak menghargai masakan mereka? Mungkin Warung SCI tidak seekstrim itu, tapi intinya, jangan berharap kamu akan dianggap sebagai raja di sini. Konsep semi

        omakase seperti di Warung SCI ini memang tidak umum, namun Philip juga tidak punya waktu untuk menjelaskannya ke setiap tamu. Terlebih lagi, ia hampir menangani semuanya sendiri, mulai dari order seafood, mengurus booking, hingga masak. Kenapa ia tidak mempekerjakan orang untuk masing-masing peran tersebut? “Trust issue,” katanya. Jadi, 8 hal inilah yang membedakan Warung SCI dari restoran lain. Tidak biasa memang, namun tentunya ada alasan mengapa orang rela antri hingga 1 bulan untuk bisa makan di sini. Soal harga, di setiap update menu di Instagram, Warung SCI memang tidak mencantumkan harga, namun jika porsi makan kamu “normal”, dengan budget sekitar Rp200.000 – Rp300.000an per orang saja mestinya kamu sudah bisa pulang dengan puas dan kenyang kok!

        • Suka
        • Bagikan
          • Lapor
        • Memuat artikel lainnya...