• Memeriksa...
  • Kenapa ‘Almost Relationship’ Paling Susah Dilupakan

        Kenapa ‘Almost Relationship’ Paling Susah Dilupakan

        Hubungan tanpa status, friends with benefit, you name it. Pernah mengalaminya dan merasa susah melupakannya?

        No matter how successful we are, how beautiful, smart, rich, pasti pernah ngalamin satu hal yang namanya almost relationship. You know, the one where we always wonder why he isn’t making any move, kenapa dia kok nggak pernah bilang atau menentukan status ‘kita ini apa sih’ ketika ditanya. Yang selalu bikin bingung kita itu temen biasa atau bukan? Yang selalu bikin kita bertanya-tanya, tadi ngopi bareng itu masuk ke dating atau casual meet up aja ya? Sama yang selalu suka ngilang, tapi terus balik lagi mesra lagi kayak ngga ada apa-apa?

        Sometimes, “almost relationships” are ambiguous, slow-moving, and more like casual. Semuanya terlihat lancar-lancar aja. You meet someone who made you feel so deeply and you actually find that they can understand you in a deeper, different level of understanding than anyone ever could. Wajar dong kalo kita ngerasa he’s the one, dan pengen banget ngelanjutin hubungan ini ke tingkatan selanjutnya yang lebih tinggi lagi? Sampai pada akhirnya kita memberanikan diri bertanya, what exactly are we? Kita ini apa? Dengan jenis jawaban yang selalu muncul di dalam setiap

        almost relationship: “aku nyaman sama kamu, tapi aku nggak bisa ada di hubungan yang lebih dari itu.” Selanjutnya, semuanya berubah dan ninggalin kita dengan beribu pertanyaan dan asumsi, beribu skenario yang bikin kita penasaran apakah semua yang kita rasain ini real dan apakah dia bener-bener sesayang itu sama kita. Sebenernya nggak apa-apa kok kalo kita nggak bisa lupa secepat itu, meskipun kita berdua bahkan belum memulai hubungan resmi apapun. Tapi kenapa ya, kok makin lama-makin susah buat

        move on?

        1. Kita nggak pernah yakin, ini beneran udahan? Pernah nggak sih dia tiba-tiba ngilang, terus balik lagi kayak ngga ada apa-apa? Setiap kali dia pergi, kita nggak yakin apakah kita harus nungguin dia atau kita mesti cari yang lain.

        Loving him is never easy, kita nggak pernah bener-bener yakin sama apa yang kita dapetin dari dia.

        2. You were more than friends, but you’re not lovers Meskipun nggak pernah diresmiin, kehilangan

        almost-relationship boyfriend/girlfriend tuh tetep sulit dan tetep sakit. Yang paling bikin kesel dan sakit adalah, kita nggak bisa marah atau kesel karena kita emang nggak pacaran. Orang lain yang ngeliat juga bingung juga mau ngedukung kita tapi kita nggak pacaran..

        3. Bingung, bingung, bingung Ketika orang pergi atau hilang dari kehidupan kita tanpa ada penjelasan apapun, kita pasti punya banyak asumsi atau pertanyaan yang harus punya jawabannya dong? Kayak dia beneran sayang nggak sih selama ini? Apa

        breakup ini sama sulitnya buat mereka, kayak sulitnya ini buat kita? Kenapa dia tiba-tiba mutusin pergi? Kenapa?

        4. You can be one of the perfect couple alive Kita punya

        interest yang sama. Hobi yang sama. Kita bisa ngobrol berjam-jam. We can be each other’s support system, kita tahu rahasia-rahasianya dia. Kita ngerasa dia ngertiin kita di level yang orang lain nggak sampai. We thought that we can be one of the perfect couple, itulah mengapa kayak sedih banget kita nggak pernah sampe resmi dan jadian.

        Whatever that is, remember that we also deserve the same amount of love that we so desperately want to give to someone else. Kita juga berhak kok dipilih dan dicintai, nggak hanya jadi ‘almost love’ atau ‘almost chosen’. We deserve someone who isn’t afraid of being responsible for making you happy, and be responsible for your heart.

        Someone who consistently, undeniably, chooses you in a heartbeat.

        • Suka
        • Bagikan
          • Lapor
        • Memuat artikel lainnya...