• Memeriksa...
  • Simak Yuk! Cerita Inspiratif Masyarakat Adat Indonesia dalam Menjaga Lingkungan

        Simak Yuk! Cerita Inspiratif Masyarakat Adat Indonesia dalam Menjaga Lingkungan

        “Jakarta kembali dilanda banjir di awal tahun” “Hutan Kalimantan dan Riau kembali terbakar” “Darurat sampah plastik di Indonesia” Pernah dengarkah ENtizen mengenai isu kerusakan lingkungan hidup di atas? Betul, isu ini nyata dirasakan oleh sebagian besar kita. Pembangunan modern selama ini justru berakibat fatal

        lo buat lingkungan kita. Begitu besar area hutan ditebang dan konsumsi besar-besaran berupa kemasan plastik membuat masalah di atas muncul. Kita, masyarakat modern, lupa kalau kita lah yang bergantung dengan lingkungan. Selama ini, kita eksploitasi lingkungan tanpa memikirkan dampaknya hingga sekarang. Jadi, gimana ya harusnya kita menjaga lingkungan hidup? Nggak perlu jauh-jauh melihat negara-negara maju. Di Indonesia, kita punya teladan pahlawan lingkungan, yaitu masyarakat adat. Siapa sih masyarakat adat itu? Jadi, masyarakat adat (

        indigenous people) adalah kelompok masyarakat yang memiliki warisan leluhur berupa identitas budaya, sistem nilai dan pengetahuan, wilayah adat, dan hukum adat. Di Indonesia, jumlah masyarakat adat diperkirakan mencapai 40-70 juta jiwa. Begini salah satu

        mindset yang membuat masyarakat adat layak jadi teladan pahlawan lingkungan. Petuah bijak dari perempuan Desa Marena Kabupaten Sigi menarik disimak. Ia berkata, “Hutan adalah makanan kami, air adalah darah kami dan batu-batuan adalah tulang kami”. Dari masyarakat adat, kita bisa belajar banyak

        lo bagaimana memperlakukan lingkungan dengan benar. Ini dia dua dari sekian banyak kelompok masyarakat adat yang patut ditiru dan dijadikan inspirasi kita bersama dalam menjaga bumi dan lingkungan.

        1. Masyarakat adat Lindu, Sulawesi Tenggara Masyarakat adat Lindu bertempat di Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Mereka hidup dan berdampingan bersama alam sekitarnya. Ada aturan adat khusus untuk zonasi penggunaan hutan dan sanksi adat terhadap pelanggaran zonasi tersebut. Mereka mempunyai institusi tersendiri yang bertugas memastikan aturan adat terlaksana yakni melalui Majelis Adat Ngata Lindu (Totua Ngata). Ketuanya, Nurdi Lamadjudu, menerangkan semboyan masyarakatnya, yaitu ‘

        ginoku katuhuaku’ yang berarti: tempat ini adalah kehidupan kami. Masyarakat Lindu punya 4 zona hutan dengan aturan yang berbeda. Tiap area mempunyai peruntukan tersendiri, dari mulai hutan terlarang, hutan area terbatas, dan hutan penggunaan jangka waktu tertentu. Keren ya Entizen, mereka punya sistem sendiri untuk melindungi dan menjaga hutan.

        2. Masyarakat adat rumah betang sungai utik, Kalimantan Barat Masyarakat Dayak Iban udah menempati kaki hutan di tepi Sungai utik dari 130 tahun yang lalu. Mereka punya hutan adat yang luasnya 9.480 hektar. Di hadapan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Yessi dari Rumah Panjang Sungai Utik bercerita. Ia menyebut, “

        babas (hutan) adalah apai (bapak) kami, tanah adalah inai (ibu) kamu, dan ae (air) adalah darah kami.” Ia sendiri sadar pentingnya pendidikan moderen. Itulah mengapa ia mengejar pendidikan yang lebih baik di bogor. Niatnya satu: membangun dan mengembangkan Sungai Utik tanpa meninggalkan budaya dan menjaga hutan. Pada 5 Juni 2019, di hari Lingkungan Hidup, UNDP mengumumkan komunitas adat rumah betang Sungai Utik sebagai salah satu pemenang Equator Prize ke-10. Sebenarnya, masih banyak lagi masyarakat adat yang cerita-ceritanya sangat menginspirasi kita bersama untuk menjaga bumi dan lingkungan. Dari local wisdom yang mereka jaga, kita bisa dapat insight menarik. Pertama, kemajuan dan modernisasi tidak selamanya memberi keuntungan bagi lingkungan, bahkan bisa sebaliknya. Kedua, dengan menyadari hubungan kita dengan alam, pola pikir untuk menjaga lingkungan mulai terbentuk.

        • Suka
        • Bagikan
          • Lapor
        • Memuat artikel lainnya...